Liputan6.com, Jakarta - Pembatasan kuota impor sapi yang hanya 50 ribu ekor hingga September 2015, membuat mafia sapi dan eksportir memutar otak. Mereka mengatur strategi agar tak kehilangan potensi omzet triliunan rupiah.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Heri Gunawan mengatakan, pembatasan kuota impor sapi itu membuat para mafia berupaya melakukan rekayasa agar pemerintah membuka keran impor seluasnya.
"Sinyalemen rekayasa itu makin kuat. Mafia-mafia itu sedang berusaha memainkan harga hingga mencapai angka tertinggi seperti sekarang. Secara sengaja mereka mendistorsi pasokan," ujar Heri melalui pesan singkatnya di Jakarta, Senin (10/8/2015).
Menurut dia, target mefia impor sapi ini jelas untuk menciptakan situasi yang seolah-olah makin kritis, "Dan kemudian memaksa Kemendag, melakukan intervensi radikal impor."
Heri menjelaskan, rekayasa mafia itu terstruktur dengan modus yang bermacam-macam. Mulai dari memainkan harga beli sapi di peternak serendah mungkin, memotong sapi betina bunting untuk dijual di pasar, dan lainnya.
"Peternak sapi tidak ada pilihan sama sekali selain menjual sapi mereka dengan harga yang murah. Lebih-lebih di saat musim kemarau seperti sekarang, di mana pakan ternak sulit didapat," jelas Heri.
Politisi Gerindra itu mengungkapkan, kenyataan di lapangan harga sapi di beberapa daerah masih murah bahkan peternak masih kesulitan jual sapi di pasar.
"Di beberapa pasar daerah Jawa Tengah, harga sapi masih wajar bahkan kecenderungan sepi tidak ada pembeli karena daya beli menurun, tapi di seputaran Ibukota Jakarta naik. Inilah tanda para mafia itu dengan leluasa bisa memainkan harga daging di pasaran. Pasokan menjadi terdistorsi. Akibatnya, harga daging bisa menembus angka setinggi mungkin sesuai yang mereka mau," beber Heri.
Ia pun meminta Kemendag harus lebih proaktif. Kemendag harus segera lakukan intervensi harga dengan menetapkan harga eceran tertinggi dan harga khusus terutama menjelang Idul Adha.
"Selain itu, Kemendag harus lebih proaktif berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan institusi terkait seperti Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan dan pengamanan distribusi. Jangan sampai peternak-peternak itu terus menjual sapinya ke lingkaran mafia," imbau dia.
"Harus dipastikan juga sebisa mungkin peternak tidak menjual daging sapi dalam bentuk gelondongan kepada tengkulak. Tapi, dalam bentuk karkas (daging segar) secara langsung ke pasar," pungkas Heri. (Mut)
0 komentar:
Posting Komentar