JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan mengaku terkejut dengan proyeksi defisit APBN 2020, yang diumumkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Senin (18/5). Pasalnya, penggelembungannya sangat fantastis. Sudah menembus angka Rp1.000 triliun.
Awalnya di APBN 2020, defisit hanya dipatok Rp307,2 triliun atau 1,76 persen dari PDB. Namun dalam Perpres 54 tahun 2020, dengan alasan Pandemi Covid-19, dinaikkan menjadi Rp852,9 triliun atau 5,07 persen dari PDB.
“Namun tiba-tiba, Ibu Sri Mulyani mengubahnya lagi. Defisit membengkak hingga Rp1.028,5 triliun atau 6,27 persen dari PDB. Ini mengejutkan. Bisa dikatakan Perpres 54/2020 baru kemarin sore dikeluarkan. Bahkan juga sudah dibahas di DPR,” ucap Heri Gunawan, Senin malam (18/5).
Sebelumnya, lanjut legislator Gerindra yang beken disapa dengan panggilan Hergun ini mengatakan DPR khususnya komisi bidang keuangan memaklumi defisit APBN sebagaimana proyeksi Perpres 54/2020, yakni di kisaran Rp 852,9 triliun. Sebab, itu demi mendukung pemerintah mengatasi dampak Covid-19.
Namun perubahan terbaru yang diumumkan menteri keuangan terbaik sedunia itu menurut wakil ketua Fraksi Gerindra DPR ini meinmbulkan kecurigaan.
“Angka defisit cepat sekali berubahnya. Patut dicurigai apa yang mendasari peningkatan defisit tersebut. Angkanya pun fantastis,” ucap Hergun.
Dia mengingatkan bahwa kasus BLBI dan Bail-out Bank Century angkanya juga cepat berubah-ubah. Hergun berharap jangan sampai skenario ini membuka celah terulangnya kedua megaskandal tersebut. Sebab, di sisi lain, BI juga sudah disiapkan BI sebagai calon pembeli SBN pemerintah.
Maka dari itu, kata Hergun, pemerintah perlu diingatkan bahwa pembobolan paling mudah dilakukan saat terjadinya krisis. Saat krisis 1997/1998 yang melahirkan megaskandal BLBI, dan bencana keuangan 2008 menyisakan skandal Bank Century.
“Modusnya sama. Mengubah-ubah angka. Kalau perubahan angka-angka dilakukan oleh toko kelontong kami memakluminya. Tetapi ini level negara lho. Betapa mudahnya mengubah angka-angka ini,” jelas ketua DPP Gerindra itu.
Hergun menambahkan, kondisi ini juga bisa mengindikasikan 2 hal. Pertama, Sri Mulyani makin tidak kompeten sebagai Menteri Keuangan. Kedua, ada kekuatan besar yang ingin mengeruk keuntungan dari keuangan negara di tengah kekacauan ini.
“Tentu ini harus diwaspadai. Jangan sampai Pandemi Covid-19 hanya dijadikan kuda troya untuk mewujudkan agenda-agenda terselubung kelompok tertentu. Kasihan rakyat. Sudah berapa uang negara yang berasal dari pajak dihabiskan di tengah pandemi ini,” tandas politikus asal Sukabumi ini. (jpnn/fajar)
0 komentar:
Posting Komentar