SUKABUMI, – Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan mengatakan, generasi milenial harus mampu memiliki peran penting sebagai generator kemajuan bangsa. Namun, setidaknya ada enam problem di bidang ekonomi, sosial dan politik terkini yang harus dihadapi.
Pertama, sebut Heri Gunawan, secara umum perkonomian Indonesia mengalami stagnasi yang serius, bahkan menurun. Indikator sejak tahun 2014, ekonomi tumbuh stagnan di angka 5 persen.
Hal kedua, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia periode Januari hingga September 2019 mencapai USD 124,17 miliar atau turun 8,00 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Demikian pula ekspor nonmigas mencapai USD 114,75 miliar atau turun 6,22 persen. Neraca dagang per September 2019 defisit USD 160 juta.
“Ketiga, utang pemerintah pusat hingga akhir Nopember 2019 mencapai Rp 4.814,3 tiriliun. Angka tersebut setara dengan rasio utang 30,03 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),” papar Hergun, Sabtu (21/12/2019).
Posisi utang saat ini, lanjut legislator Senayan asal Sukabumi, mengalami peningkatan dibandingkan dengan Oktober 2019 yang sebesar Rp 4.756,1 triliun. Diluar utang bank sentral, BUMN dan swasta, secara total utang luar negeri Indonesia pada akhir Agustus 2019 tercatat sebesar USD 393,5 miliar atau setara Rp 5.567,5 triliun (kurs Rp14.148 per USD).
“Dan ini bisa dikualifikasikan sebagai posisi kritis di tengah nilai ekspor yang menurun dan tuntutan pembayaran utang plus bunga utang yang membengkak,” ujarnya.
Keempat, lanjutnya, struktur penerimaan pajak dalam APBN yang makin menurun. Padahal, lebih dari 80 persen penerimaan APBN bergantung pada pajak. Hingga November 2019, penerimaan perpajakan baru mencapai Rp 1.312,4 triliun dari target Rp 1.786,4 triliun.
“Artinya dalam sebelas bulan terakhir capaian penerimaan perpajakan baru mencapai 73,5 persen. Secara keseluruhan defisit anggaran hingga November 2019 nilainya mencapai Rp 368,9 triliun atau setara dengan 2,29 persen dari PDB. Angka tersebut sudah jauh dari target APBN yang mematok defisit di angka 1,84 persen dari PDB,” beber dia.
Kelima, stagnasi dan kemandegan ekonomi tersebut telah memberi dampak pada peningkatan tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2019 berjumlah 7,05 juta orang, meningkat dari Agustus 2018 yang hanya 7 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 10,42 persen. Dan, kemiskinan absolut mencapai 25,14 juta jiwa.
Keenam, niai tukar petani sejak tahun 2014 masih tetap bertengger diatas 100. Ini berarti bahwa kualitas kehidupan dan kesejahteraan petani juga belum terjamin secara maksimal.
“Keenam indikator yang telah saya jelaskan itu sudah lebih dari cukup mengancam keutuhan kita sebagai bangsa. Formula sederhana dari ketahanan sebuah bangsa adalah sejahtera, adil, makmur. Sebagaimana yang termaktub dalam pandangan hidup bangsa ini yaitu Pancasila dan juga dalam UUD 1945,” tegas Hergun, sapaan akrabnya.
“Tapi, sekali lagi, itu semua terwujud jika kita kenyang. Kita tidak dalam keadaan lapar. Jika masih ada yang lapar, jika masih ada yang dalam keadaan terisolir akibat kesenjangan-kesenjangan ekonomi-sosial-politik, maka selama itu pula ancaman keutuhan kita sebagai bangsa akan tetap hidup dan sewaktu-waktu akan menghancurkan kita,” imbuhnya.
Menurut Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) Gerindra DPR RI, jiwa kebangsaan Indonesia sudah lama terbentuk dan sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Dilandasi spiritualisme dan nasionalisme, lima sila dari Pancasila menjadi pijakan jiwa kebangsaan Indonesia yang mencakup pembangunan dan pembentukan budi pekerti yang baik, perilaku hidup bermasyarakat yang toleran hingga semangat persaudaraan dengan bangsa lain.
Karenanya, sejak dahulu kala, dunia mengenal keberagaman warga bangsa Indonesia sebagai komunitas masyarakat yang santun dan toleran.
“Namun, generasi orang tua masa kini tidak sepenuhnya menurunkan warisan itu kepada anak-cucu atau orang muda Indonesia masa kini, sehingga mereka menjadi sangat mudah untuk menerima ideologi atau ajaran sistem nilai yang diimpor dari tempat lain. Akibatnya sebagian orang muda seperti tidak memiliki jiwa kebangsaan Indonesia,” ungkap Heri.
“Apa yang terlihat sekarang ini adalah gejala lunturnya jiwa kebangsaan Indonesia itu pada sebagian orang muda. Bahkan ada kelompok yang tidak lagi merasa bangga sebagai orang Indonesia,” sambungnya.
Heri Gunawan menyebutkan, bahwa bangsa Indonesia sepatutnya bersyukur bahwa dari beberapa temuan penelitian menyebutkan sebanyak 97,76 persen kaum muda, berumur 16 hingga 30 tahun, sangat Pancasilais.
Milenial atau yang juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini.
Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran.
Karakteristik Generasi Milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.
“Generasi millenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka,memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya, optimis, dan menerima ide-ide dan cara-cara hidup. Generasi ini menginginkan jadwal kerja yang fleksibel, lebih banyak memiliki ‘me time’ dalam pekerjaan, dan terbuka pada saran dan kritik,” jelasnya.
“Rasanya tidak berlebihan kalau generasi milenial dapat dikatakan sebagai generator sekaligus kreator. Oleh karena itu, generasi milenial harus menjadi subjek dan tujuan pembangunan dalam kerangka mewujudkan masa depan Indonesia yang dicita-citakan bersama,” tutur Hergun lagi.
Definisi dan arti kata kreator di KBBI adalah pencipta. Arti lainnya dari kata kreator adalah pencetus gagasan. Arti kata Generator menurut KBBI adalah Pembangkit Tenaga
Bonus demografi yang mencapai momentumnya pada periode 2020-2030 adalah modal sosial yang kuat untuk menegaskan kehadiran Homo Pancasilaensis tersebut. Saat ini, 60 persen populasi Indonesia adalah kelompok umur muda dan produktif yang berumur di bawah 40 tahun.
Pendeknya, secara demografis, Indonesia memiliki modal kuat untuk melahirkan generasi produktif dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur Pancasila, dst.
Saat ini, ketika kita menyongsong puncak bonus demografi, diperlukan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran dalam pengelolaan SDM muda dan potensial. Tujuannya, agar jangan sampai kita kehilangan momentum untuk melompat lebih jauh.
Demokrasi sudah menjadi inklusif dengan berbagai label yang menyertainya. Meski demikian, dalam konsepsi negara demokratis, ada beberapa prinsip yang secara umum dijadikan indikator eksistensi demokrasi.
Antara lain adanya konstitusi sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, jaminan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta suksesi penyelenggara kekuasaan negara. Selain, penegakan hukum dan persamaan kedudukan di depan hukum dan hadirnya pers yang merdeka dan independen.
Demokrasi di Indonesia adalah demokrasi yang mempunyai corak nasional, satu corak kepribadian bangsa Indonesia serta satu corak yang tidak perlu sama dengan corak demokrasi yang dipergunakan oleh bangsa-bangsa lain sebagai alat teknis.
Pandangan Presiden Soekarno tentang demokrasi merujuk pada kenyataan bahwa setiap negara bangsa mempunyai kondisi, ciri khas, budaya, yang tidak selalu sama dan sebangun.
Kehidupan berdemokrasi di Indonesia, misalnya, lekat dengan sikap menjunjung tinggi etika dan moral yang memberikan penghormatan terhadap keberagaman bangsa yang majemuk.
0 komentar:
Posting Komentar