RADAR SUKABUMI - Para petani Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi dibuat kaget dengan kedatangan Menteri Perdagangan RI, Rachmat Gobel. Bagaimana tidak, para petani yang baru saja memanen tomat, diborong langsung Gobel yang kala itu hendak melihat sentra produksi cabai di perkebunan tersebut.
Para petani ini tentunya mengapresiasi langkah yang dilakukan Gobel, bersama Presiden Persatuan Pemasar Hasil Pertanian ( PPHP ) RI, Anne Sri Arti serta para staf Kementerian Perdagangan (Mendag) yang telah berkunjung ke sentra produksi cabai milik mereka, kemarin (8/7).
"Selain mengontrol sentra produksi cabai, Pak Menteri juga telah memborong tomat kami sebanyak 20 peti hasil panen sekitar 800 kilogram dengan harga Rp 20 juta. Seratus kali lipat dibandingkan harga di petani yang seharusnya Rp 200 ribu per 400 kg. Tapi, Pak Menteri membayarnya dengan Rp 20 juta dengan pecahan Rp 10 ribu sebanyak sepuluh gepok dan pecahan Rp 20 ribu sebanyak lima gepok,” kata salah seorang petani yang juga Ketua Kelompok Tani Perbawati, Ajum Al-Rasyid (52) yang ditemui Radar Sukabumi.
Dia mengira, apa yang dilakukan Gobel merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah pusat kepada para petani di daerah. “Alhamdulillah, akhirnya pemerintah pusat mau dan memberikan perhatian lebih kepada kami para petani," akunya.
Mendag sendiri hendak menstabilkan harga bahan pokok jelang Idul Fitri, yang akan jatuh beberapa hari mendatang. Dengan memfasilitasi perdagangan salah satu komoditas Sukabumi, yakni cabai, Mendag melakukan transaksi hingga diskusi secara langsung dengan para petani di daerah yang mengalami surplus komoditas cabai. Hal tersebut dilakukannya, sebagai upaya pemerataan bahan-bahan pokok yang seringkali mengalami disparitas harga.
Dalam agenda yang diberi nama Pilot Project dimana hasil komoditas petani asal Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi itu diakomodir oleh Bulog Divre Cianjur. Dengan diakomodirnya petani yang mengalami surplus komoditas cabai, diharapkan dapat mengurangi disparitas harga cabai di beberapa daerah yang mengalami defisit komoditas cabai di daerah lain.
"Di Sukabumi harga cabai mencapai Rp 15 ribu per kilogram, sementara di Palembang mencapai Rp 27 ribu hingga Rp 28 ribu per kilogram. Harga ini diharapkan mampu menekan harga cabai di pasaran yang berkisar Rp 38 ribu per kilogramnya," terang Mendag RI, Rachmat Gobel dalam keterangan resminya.
Ini juga salah satu upaya Mendag, mendorong para pelaku usaha sentra produksi cabai Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi untuk dapat memasarkan komoditasnya di luar daerah, bukan hanya pasar regional saja. Harga cabai di Indonesia dalam kurun waktu Januari hingga Juni menunjukkan penurunan yang signifikan. Namun, di beberapa daerah seperti Palembang, harga masih di atas rata-rata dikarenakan tingginya konsumsi cabai dibandingkan tingkat produksinya. Oleh karena itu, Mendag menstabilkan harga, menyeimbangkan surplus dan defisit komoditas, serta memperkecil disparitas harga.
"Berbagai upaya telah dilakukan Kementrian Perdagangan RI untuk menjaga ketersediaan kebutuhan bahan pokok, serta menjaga stabilitas harga selama puasa hingga Idul Fitri. Ini merupakan salah satu instrumen Kemendag dalam menjaga stabilitas harga komoditas. Tentunya ini memerlukan peran aktif dari Pemerintah Daerah (Pemda) dalam pengawasan perdagangannya," jelasnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Gobel resmi meluncurkan program perdana Perdagangan Komoditas Antar-Daerah/Antar Pulau, dalam upaya menstabilkan dan menyeimbangkan harga antar daerah.
Sementara itu, masih di tempat yang sama, program perdana Perdagangan Komoditas Antar-Daerah/Antar Pulau akhirnya resmi diluncurkan oleh Mendag, Rahmat Gobel di sentra produksi cabai Perbawati. Program tersebut dalam upaya menstabilkan dan menyeimbangkan harga antar daerah. Namun demikian, Rahmat mengaku perlu ada beberapa hal yang mesti dibenahi sekaitan dengan produksi komoditas cabai. Misalnya soal ukuran dan ketebalan.
"Nanti kita coba benahi agar ada standar ukuran dan ketebalan cabai. Termasuk juga perlu adanya teknologi sehingga bisa membantu produksi tetap stabil," singkatnya.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Wakil Ketua Komisi VI DPR, Heri Gunawan mengapresiasi program Perdagangan Komoditas Antar-Daerah/Antar Pulau yang diluncurkan Kemendag ini. Menurutnya, langkah itu merupakan terobosan yang baik dan positif. Malah politikus asal Partai Gerindra ini menegaskan program itu seharusnya sudah dilakukan dari dulu.
"Program bagus ini seharusnya dari dulu dilakukan, bukan baru sekarang. Tapi tetap, kami apresiasi atas program ini," timpalnya.
Menurut Heri, program tersebut tertuang oleh Kemendag dalam UU Perdagangan No 7 Tahun 2014. Diamanatkan Pemerintah mengatur kegiatan perdagangan antar pulau tujuannya agar untuk integrasi pasar dalam negeri, menjaga keseimbangan daerah yg surplus dan daerah minus, serta memperkecil disparitas harga antar daerah.
"Jadi kalau bisa dilakukan perdagangan dengan cost yang lebih efisien maka harga di daerah yg selama ini tinggi akan bisa ditekan tanpa merugikan petani.
Langkah ini tidak boleh berhenti di pilot project saja namun harus berkelanjutan untuk daerah-daerah lainnya juga dan komoditi yang lebih luas," singkatnya. (cr6/ren/t)
0 komentar:
Posting Komentar