Tiongkok Lecehkan Indonesia, Kata Anggota DPR

Rimanews - Tindakan Kapal patroli penjaga pantai (coast guard) Tiongkok yang menghalangi kapal pengawas perikanan milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di perairan Natuna melecehkan kedaulatan Republik Indonesia.

Sekadar diketahui, kapal pengawas perikanan KKP yakni KM Hiu hendak menindak KM Kway Fey 10078 yang mencuri ikan di perairan Natuna, Kepulauan Riau (19/03).Namun, saat itu muncul kapal Coast Guard Tiongkok dan sengaja menabrak KM Kway Fey. Akibatnya, KKP tak bisa menindak tegas kapal pencuri ikan itu.


Menurut anggota DPR RI, Heri Gunawan, tindaka Tiongkok memasuki wilayah perairan Indonesia saja harus dipandang sebagai bentuk pelecehan Kedaulatan negara.

"Terkait masalah klaim Tiongkok tentang traditional fishing zone tidak ada dalam The United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS). Kalaupun ada tentang traditional fishing rights itu harus atas kesepakatan bersama diantara negara, jadi klaim tersebut tidak berdasar," kata Heri Gunawan di Jakarta, Jumat (25/03/20216).

Politisi Partai Gerindra itu mengapresiasi sikap Kementerian Kelautan dan Kementerian Luar Negeri yang telah melakukan protes.

Namun ke depan, tindakan Tiongkok seperti itu kemungkinan akan terulang kalau pemerintah tidak mengambil sikap tegas dan tuntas.
"Ini bukan hanya soal kapal ikan yang melakukan illegal fishing tapi ini pencaplokan tersistematis untuk tujuan-tujuan jangka ‎panjang," ujar Heri.

Cara-cara Tiongkok melecehkan Kedaulatan Republik Indonesia bisa jadi bagian dari upaya untuk mencaplok Natuna.

"Rasanya Tiongkok akan terus ngotot mencaplok Natuna karena mereka tahu akan untung besar dari pendapatan gas. Sedang kita, buntung. Pendapatan sektor Migas pasti terpuruk," kata anggota Komisi XI DPR RI itu.

Dia mengatakan, sejumlah ahli mengklaim Natuna adalah 'surga' energi terbesar di dunia yang bernilai ekonomi tinggi.

Sebut saja, misalnya di Blok Natuna D-Alpha, tersimpan cadangan gas dengan volume 222 triliun cubic feet (tcf). Cadangan itu tidak akan habis hingga 30tahun mendatang.

"Lebih jauh jika digabung dengan minyak bumi, terdapat sekitar 500 juta barel cadangan energi hanya di blok tersebut," kata dia.

Dengan cadangan minyak dan gas tersebut, jika diuangkan, kekayaan gas Natuna bernilai Rp6.000 triliun. Nilai itu sama dengan 3 kali lipat APBN saat ini.

"Tercatat, beberapa perusahaan asing seperti Petronas (Malaysia), ExxonMobil (AS), Chevron (AS), Shell (Inggris-Belanda), StatOil (Norwegia), ENI (Italia), Total Indonesie (Perancis), dan China National Petroleum Corporation (China) pernah bercokol di situ dan ikut menikmati untung besar," kata Heri Gunawan.

0 komentar:

Posting Komentar