Di Tahun 2016, Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Mengkhawatirkan!

JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan menilai sistem perekonomian Indonesia di tahun 2016 ini belum ada perubahan. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan bila pemerintah belum melakukan langkah untuk memperbaiki kondisi itu.
Politisi Gerindra itu menyimpulkan, setelah dirinya melihat pertumbuhan utang luar negeri, nilai tukar rupiah, dan perkembangan ekonomi global yang menjadi titik rawan perekonomian Indonesia selama tahun 2016 ini.
“Bila dilihat dari pergerakan ekonomi nasional, atas kondisi perekonomian saat ini, belum ada perubahan di tahun ini. Di mana nilai tukar rupiah yang kembali terdepresiasi menyebabkan minat investasi berkurang. Padahal di tahun 2015 lalu, rupiah sempat melemah 11 persen. Ini harus menjadi perhatian pemerintah agar sistem perekonomian nasional bisa kembali stabil,” kata Heri Gunawan, Senayan, Jakarta, Rabu (03/02) kemarin.
kepada Tim Media Ansorjaktim, Heri mendorong pemerintah perlu lebih serius mengurus agar sektor utang luar negeri swasta diperhatikan dengan baik. Alasannya, di mana angka utang swasta itu sudah mencapai USD 167,5 miliar. Angka itu jauh lebih tinggi dari utang luar negeri pemerintah.
“Perlu diketahui bahwa utang (swasta, red) itu akan memberi tekanan berat pada nilai tukar rupiah ketikaThe Fed menaikkan suku bunganya. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah perlu mengambil sebuah kebijakan mengatur permasalahan ini agar segera selesai,” terang Heri.
Menurutnya, capital outflow investor asing di pasar saham Indonesia tidak positif. Nilai capital outflow investor Indonesia mencapai Rp2,32 triliun. Jauh lebih tinggi dari capital outflow investor Filipina yang hanya Rp596,7 miliar.
Dengan kondisi yang sangat negatif itu, Heri mengharap pada pemerintah untuk berhati-hati menghadapicapital inflow di pasar obligasi. Karena selama bulan Januari 2016 ini investor asing mencatatkan totalcapital inflow ke Indonesia sebesar Rp18,95 triliun. Angka ini melampau capital inflow investor asing di negara-negara tetangga seperti Malyasia Rp10.32 triliun, dan Thailand Rp15,72 triliun.
“Karena itu, kita perlu berpikir progresif. Kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) harus dikelola dengan hati-hati. Kepemilikan asing pada SBN yang dapat diperdagangkan meningkat dari Rp558,65 triliun pada 4 Januari 2016 menjadi Rp576,58 triliun pada 28 Januari 2016,” ungkapkan.
“Pertumbuhan ekonomi kita ke depannya, sangat tergantung pada sektor belanja dan investasi pemerintah. Dan ekonomi kita selama ini masih terbantu oleh konsentrasi modal pada pembangunan infrastruktur yang sebetulnya juga dibiayai utang,” lanjutnya. (TMA)

0 komentar:

Posting Komentar