Apa benar Indonesia Butuh Strong Leader, Bukan Raja yang Maunya Disembah


Jakarta - Politisi Partai Gerindra, Heri Gunawan mengaku kecewa dengan gaya kepemimpinan presiden Jokowi saat ini. Pasalnya, di bawah kepemimpinan Jokowi, lanjut dia, ciri seorang pemimpin itu tak nampak dan yang terjadi gaya atau model kepemimpinan Jokowi tak ubahnya seperti zaman kerajaan dulu.

Untuk mencerminkan model kepemimpinan Jokowi saat ini, Menurut Heri karakteristik pemimpin Indonesia yang dibutuhkan adalah pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas.

Karena hal tersebut mutlak dibutuhkan pemimpin Indonesia saat ini mengingat bangsa Indonesia setelah sekian lama hidup dalam jaman penjajahan Belanda, warisan hal-hal negatif dari penjajah pada bangsa ini belum sepenuhnya hilang dan hal tersebut dapat terlihat dari corak kepemimpinan bangsa dari rezim ke rezim.

"Indonesia butuh strong leader alias pemimpin bukan raja yang harus disembah, bukan penguasa yang harus dihormati," sindir dia pada TeropongSenayan di Jakarta, Rabu (27/01/2016).

Menurutnya, pemimpin bangsa itu harus rela berkorban buat rakyatnya bukan mengorbankan rakyatnya dengan memberikan keleluasaan pada asing di sektor ekonomi misalnya.

"Pemimpin menurut saya adalah sosok pilihan yang berkewajiban atas hidup mati bangsa dan rakyat yang dipimpinnya," tandas dia.

Tak hanya itu, kata dia, Pemimpin harus berlaku adil terhadap seluruh rakyatnya, tanpa memandang jabatan, suku, agama, ras bahkan kekayaan.

"Karena pemimpin dapat dikatakan berhasil ketika tidak ada lagi kesenjangan antara si kaya dan si miskin dan rakyat dapat tersenyum ikhlas tanpa harus khawatir masa depan keluarga dan anak-anak mereka," tegas dia.

Heri pun menambahkan bahwa Indonesia saat ini butuh pemimpin yang memiliki konsep yang jelas akan arah pembangunan bangsa dan negara kedepan.

"Bukan pemimpin yang mengambil jalan pintas dengan berhutang dan berkebijakan liberalisasi progresif tanpa koordinasi antara satu dengan yang lain (Contoh kebijakan PPN 10% daging yang berakibat naiknya harga daging lokal dibanding daging import) katanya revolusi mental? Apa yang direvolusi?," pungkas dia.

0 komentar:

Posting Komentar