JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Seperti dilansir dari Malaysia Chronicle, sebuah perusahaan perkebunan Cina Liaoning Wufeng Agricultural telah menandatangani nota kesepakatan kerja sama dengan Malaysian Amarak Group dan perusahaan lokal Indonesia, Tri Indah Mandiri.
Kelompok agribisnis Cina-Malaysia ini tengah berupaya membangun lahan persawahan dan proyek pengolahan terpadu pada November mendatang di Indonesia.
Adapun dana yang akan mereka investasikan yakni sekitar USD2 miliar (Rp20,3 triliun). Tujuan dari investasi tersebut dimana perusahaan Cina ini berharap bisa memasuki pasar berkembang di tanah air sekaligus memenuhi pasokan beras domestik.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Heri Gunawan geram dengan hal tersebut.
"Kalau hal ini benar, ini musibah bagi petani dan pertanian nasional. Betapa tidak? Dengan masuknya asing di situ, maka selesai sudah. Dari hulu hingga hilir, bangsa ini sudah dikuasai. Tidak ada lagi kedaulatan sama sekali," tandas dia saat dihubungi TeropongSenayan di Jakarta, Selasa (23/01/2016).
Memang, lanjut dia, investasi diperlukan negara ini namun hal tersebut juga harus memperhatikan nasib dan harga diri sebuah bangsa.
"Kita tidak anti investasi asing di sektor pertanian. Tapi, harus dipilah-pilah. Mana yang strategis, mana yang tidak. Masalah lahan persawahan itu adalah hal yang sangat vital. Kalau investasi asing masuk di situ, maka bukan tidak mungkin mereka akan melakukan penguasaan lahan-lahan pertanian kita," ujar dia.
Lebih lanjut Heri juga memperingatkan Pemerintah harusnya hati-hati terhadap modus penguasaan lahan berkedok investasi.
"Di sini, saya tidak sedang menuduh bahwa perusahaan Cina itu akan menguasai lahan-lahan kita. Tapi, kita semua tahu persis, bagaimana cara kerja investasi. Awalnya datang dengan sopan, tapi besok-besok bisa saja mereka akan melakukan penguasaan lahan sepenuhnya, apalagi regulasi tentang hal tersebut sudah dimungkinkan," tegas dia.
Seperti diketahui, kata dia, masalah urgent di sektor pertanian saat ini adalah lemahnya SDM dan teknologi disamping bertani oleh generasi dari petani sudah dianggap tidak menjanjikan lagi.
"Ini tantangan untuk pemerintah. Harusnya investasinya diarahkan ke sana. Bukan justru memberi peluang asing menguasai lahan pertanian kita. Itu sama saja dengan menyodorkan leher untuk disembelih," tandas dia.
"Kita mengerti bahwa investasi sangat dibutuhkan saat ini. Tapi, jangan sampai itu dilakukan lewat cara-cara yang merendahkan martabat kita. Mengganggu kedaulatan bangsa kita sendiri," tutup dia. (Icl)
0 komentar:
Posting Komentar