Pertumbuhan Ekonomi Seharusnya Bisa Lebih Tinggi dari 5,44 Persen, Legislator Ini Tunjukkan Indikatornya

 


Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 mencapai 5,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi tumbuh 3,72 persen.

Menyikapi hal itu, anggota DPR-RI Fraksi Partai Gerindra Heri Gunawan menyatakan, seharusnya ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi dari 5,44% (yoy). Banyak momentum yang mendukung terwujudnya pertumbuhan yang lebih tinggi.

Politisi yang biasa disapa Hergun ini membeberkan, momentum tersebut antara lain pelaksanaan puasa Ramadhan dan Idul Fitri 1443 H serta dilanjutkan dengan diperbolehkannya mudik. Lalu, pemberian BLT minyak goreng, surplus perdagangan internasional, dan perubahan postur APBN 2022 untuk menambah subsidi energi.

“Pada periode sama tahun lalu, ekonomi mampu tumbuh 7,07% (yoy). Padahal pada periode tersebut mobilitas masyarakat masih terbatas. Kuartal II 2021 dan 2022 sama-sama bertepatan dengan pelaksanaan Ramadhan dan Idul Fitri. Namun, tahun lalu mudik masih dilarang. Sementara tahun ini mudik sudah diperbolehkan,” kata Hergun dalam keterangan tertulisnya, Ahad (7/8/2022).

Ia menegaskan, mestinya dengan adanya mudik dan mobilitas masyarakat yang semakin longgar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik 2022 mencapai 85 juta orang dan 14 juta di antaranya berasal dari pemudik Jabodetabek. Menurut Kemenhub, terdapat sekitar 2,1 juta kendaraan yang meninggalkan Jabodetabek pada mudik Lebaran 2022.

“Besarnya jumlah pemudik telah mendorong permintaan di berbagai sektor, mulai dari jasa transportasi, pakaian jadi, makanan dan minuman, perhotelan, hingga jasa telekomunikasi,” lanjutnya.

Hal tersebut diperkuat oleh data Bank Indonesia bahwa peredaran uang kartal pada April 2022 tercatat sebesar Rp896,3 triliun, atau tumbuh 22,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 14,4% (yoy).

“Peningkatan peredaran uang kartal sebesar 22,3% (yoy) menunjukkan bahwa pelaksanaan mudik mendorong penguatan konsumsi masyarakat,” tegasnya.

Ia pun menambahkan, dalam rangka menyelamatkan daya beli masyarakat akibat meningkatnya harga minyak goreng, maka dialokasikan anggaran sebesar Rp6,95 triliun untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng yang diberikan kepada 23,15 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Ketua Poksi Fraksi Partai Gerindra di Komisi XI DPR-RI itu lalu menambahkan, pada kuartal II-2022 juga masih diuntungkan dengan momentum penguatan surplus perdagangan internasional.

Menurut data BPS, neraca perdagangan kuartal II-2022 surplus USD15,50 miliar atau Rp230,85 triliun yang meningkat 148,01% (yoy) dan 67,85 (qtq). Hal tersebut didorong oleh ekonomi mitra dagang yang masih tumbuh, meskipun melambat, dan juga keuntungan dari kenaikan harga komoditas.

Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR-RI itu juga membeberkan, pada kuartal II-2022 DPR menyetujui usulan pemerintah terkait revisi postur APBN 2022.

“Pendapatan bertambah Rp420,1 triliun, yakni dari Rp1.846,1 triliun menjadi sebesar Rp2.266,2 triliun. Lalu, belanja bertambah Rp392,3 triliun, yakni dari Rp2.714,2 triliun menjadi Rp3.106,4 triliun,” tegasnya.

“Perubahan postur APBN tersebut dalam rangka memperkuat subsidi energi, menjaga daya beli masyarakat, dan menyelamatkan ekonomi,” tambahnya.

Ketua DPP Partai Gerindra itu mengingatkan, capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 sebesar 5,44% berpotensi mempersulit terpenuhinya target pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,2%.

“Pasalnya, pada kuartal III dan IV 2022 ekonomi diprediksi makin sulit. Presiden Jokowi menegaskan hal tersebut dengan mengutip pernyataan Sekjen PBB dan IMF bahwa 66 negara ekonominya akan ambruk,” katanya.

Ia menegaskan, beberapa negara maju dilaporkan mengalami resesi, serta China sebagai mitra dagang terbesar mengalami pelambatan ekonomi.

“Target pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,2% masih mungkin tercapai jika pada sisa 2022 mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi stabil di atas 5%. Mengingat pada kuartal I mampu tumbuh 5,01% dan kuartal II 5,44%,” tegasnya.

Namun, ia kembali mengingatkan bahwa tren penurunan harga energi dan komoditas global perlu diantisipasi. Harga minyak dunia sudah berada di bawah USD100 dolar AS per barel. Lalu, harga CPO juga mengalami penurunan.

“Beberapa kuartal belakangan ini Indonesia mendapatkan windfall atau “durian runtuh” dari kenaikan harga energi dan komoditas. Jika harga tersebut mengalami penurunan, maka perlu solusi dari sektor lainnya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Ketua Poksi Fraksi Partai Gerindra di Badan Legislasi DPR-RI itu lalu membandingkan dengan beberapa negara di kawasan ASEAN dan dalam kelompok G20 yang mampu tumbuh lebih tinggi dari Indonesia.

“Kita juga tidak boleh tutup mata bahwa ada beberapa negara yang ekonominya mampu tumbuh lebih tinggi. Jadi, tidak semua menurun. Ini juga perlu disampaikan secara proporsional. Jangan negara-negara yang ekonominya menurun saja yang selalu diekspos sebagai perbandingan,” katanya.

Ia membeberkan, dalam kawasan ASEAN, Vietnam mampu tumbuh 7,72%. Negara lainnya yang diprediksi masih bisa tumbuh tinggi yakni Filipina, dimana pada kuartal I-2022 mampu tumbuh 8,3%,” lanjutnya.

“Sementara dalam kelompok G20, Saudi Arabia mampu tumbuh fantastis sebesar 11,8%. Dan ada beberapa negara belum merilis pertumbuhan GDP di kuartal II-2022 yang diprediksi juga mengalami pertumbuhan yang baik,” tambahnya.

Politisi dari Dapil Jawa Barat IV (Kota dan Kabupaten Sukabumi) itu menyimpulkan, dengan mengkaji catatan tersebut, sejatinya ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 bisa tumbuh lebih tinggi. Indonesia bisa lebih baik dari Vietnam, karena didukung momentum puasa Ramadhan, Idul Fitri dan mudik.

“Idealnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II bisa menyamai capaian tahun lalu yakni 7,07%. Hal tersebut agar lebih meringankan beban target pertumbuhan ekonomi pada sisa 2022,” katanya.

Namun demikian, lanjut Hergun, yang sudah terjadi patut kita syukuri. Saatnya menatap sisa 2022. Perlu dipikirkan bersama bagaimana strategi mendorong pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5% di tengah tantangan inflasi, resesi, dan stagflasi.

“Dengan kebersamaan dan soliditas serta kolaborasi berbagai pihak, mudah-mudahan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2022 bisa tercapai, sehingga target pengurangan angka pengangguran dan kemiskinan serta target kesejahteraan lainnya bisa direalisasikan,” pungkasnya. [rif]

0 komentar:

Posting Komentar